10 sumber protein nabati teratas 2022
Sumber protein nabati dapat menjadi alternatif bagi para Ibu yang ingin memberikan variasi pada menu makanan si Kecil. Kandungan protein yang berasal dari nabati alias tumbuhan ini tak kalah banyak kok, Bu. Pilihannya pun sangat beragam, seperti berbagai jenis sayuran hingga kacang kacangan.
Akan tetapi, Ibu juga perlu ingat bahwa dalam masa tumbuh kembang anak, protein hewani lebih baik dibandingkan protein nabati dan harus tercukupi dengan baik agar pertumbuhan dan perkembangannya lebih prima. Namun sayangnya, konsumsi protein hewani anak Indonesia masih rendah, sehingga kasus stunting dan gangguan pertumbuhan lainnya cukup tinggi, Bu.
Perlu Ibu ketahui juga bahwa portein hewani mengandung 9 Asam Amino Esensial (9 AAE) yang lengkap, sedangkan protein nabati hanya mengandung 6 AAE dan kurang akan kandungan metionin, lisin, serta leusin. Metionin sangat esensial dalam perkembangan jaringan tubuh, lisin berperan dalam penyerapan kalsium, sintesis protein, dan produksi enzim, serta leusin berperan dalam memproduksi hormon pertumbuhan. Nah, sebelum kita membahas mengenai pentingnya protein hewani, kita simak dulu beberapa sumber protein nabati yang bisa dikonsumsi oleh si Kecil, antara lain:
Daftar Isi Utama:
- 1 Alpukat
- 2 Bayam
- 3 Jamur
- 4 Kacang Hijau
- 5 Kacang Tanah
- 6 Kedelai
- 7 Kacang Merah
- 8 Kacang Almond
- 9 Edamame
- 10 Tempe
- 11 Tahu
- 12 Pentingnya Sumber Protein Hewani untuk Tumbuh Kembang Anak
- 13 How Much Protein Do You Need?
- 14 Bagaimana mendapatkan cukup protein sebagai vegetarian
- 15 Kue beras dengan selai kacang
- 16 Manfaat makan protein khusus vegetarian
- 17 Essentials
Alpukat
Alpukat lebih dikenal akan kandungan lemak baiknya sebagai sumber energi dan menambah berat badan pada anak memiliki berat badan di bawah ideal. Namun, ternyata alpukat juga mengandung protein lho, Bu. Tak hanya itu saja, alpukat juga masih memiliki kandungan nutrisi lainnya, seperti karbohidrat, vitamin B6, C, E, K, kalium, zat besi, asam folat, dan mangan yang bermanfaat untuk menjaga fungsi saraf dan otak.
Bayam
Dilansir dari World Healthiest Food, bayam adalah jenis sayuran yang tergolong sebagai superfood berkat tingginya nutrisi yang terkandung di dalamnya. Bayam tidak hanya merupakan sumber protein nabati , tapi juga vitamin A, B2, B6, vitamin C, E, K, mangan, kalsium, tembaga, dan folat. Jadi, dengan mengonsumsi bayam, anak akan mendapatkan banyak sekali manfaat, Bu.
Jamur
Untuk variasi lauk pauk anak sehari-hari, coba berikan ia jamur sebagai sumber protein nabati, Bu. Rasanya tak kalah lezat dari daging, bahkan kandungan proteinnya pun sama dengan daging sapi. Selain itu, jamur juga mengandung vitamin D, selenium, fosfor, asam folat, dan serat. Ada beberapa varian jamur yang enak untuk dikonsumsi anak. Diantaranya adalah jamur tiram, kancing, merang, shitake, dan portobelo.
Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu sumber protein nabati yang bergizi tinggi dan baik untuk dikonsumsi oleh anak. Tak hanya mengandung protein nabati, kacang ini juga kaya akan kandungan serat yang terdiri dari dua jenis, yaitu serat larut dan serat tidak larut. Kandungan nutrisi lainnya di dalam hijau adalah vitamin A, B, vitamin C, E, K, zat besi, fosfor, zinc, kalsium, kalium.
Kacang Tanah
Jenis kacang lainnya yang baik untuk dikonsumsi anak adalah kacang tanah. Sumber protein nabati ini juga kaya akan kandungan nutrisi lainnya, seperti lemak jenuh, vitamin B3, mangan, folat, dan magnesium.
Kedelai
Kedelai termasuk sumber protein nabati yang rendah kandungan lemak jenuh, sehingga aman untuk dikonsumsi karena tidak menyebabkan kegemukan dan kolesterol jahat. Selain itu, di dalam sumber protein nabati ini juga terkandung nutrisi penting lainnya, mulai dari vitamin C, folat, kalsium, tiamin, kalium, magnesium, zat besi, dan fosfor. Dari semua nutrisi tersebut, kedelai akan sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan kekuatan tulang.
Kacang Merah
Keluarga kacang lainnya yang tidak boleh sampai dilewatkan adalah kacang merah. Kacang merah merupakan sumber protein nabati yang sangat menyehatkan karena banyaknya nutrisi yang terkandung didalamnya. Kandungan nutrisi tersebut adalah karbohidrat kompleks, zat besi, kalium, dan serat.
Kacang Almond
Siapa yang tak kenal almond? Sebutan lain dari kacang badam ini termasuk sumber protein nabati dan sudah populer akan khasiatnya bagi tubuh. Ini karena almond mengandung banyak nutrisi, mulai dari protein, karbohidrat, vitamin E, zat besi, kalsium, dan serat.
Edamame
Sumber protein nabati selanjutnya adalah edamame. Edamame mengandung protein, karbohidrat, fosfor, kalsium serat, dan lipid. Cukup rebus edamame selama beberapa menit untuk dijadikan cemilan sehat bagi anak. Rasanya manis dan pastinya sangat sehat bagi tubuh.
Tempe
Dikarenakan rasanya yang enak dan kandungan gizinya yang menyehatkan, makanan asli Indonesia ini sudah populer hingga ke mancanegara. Tempe merupakan sumber protein nabati yang terbuat dari kedelai yang difermentasi kaya akan kandungan protein nabati, zat besi, vitamin B12, kalsium, dan serat..
Tahu
Sama seperti tempe, tahu juga merupakan sumber protein nabati dari kedelai yang bergizi. Jika tempe memiliki tekstur yang lebih padat, tekstur tahu lebih lembut karena terbuat dari sari fermentasi kedelai. Selain protein, di dalam tahu terdapat kandungan nutrisi lainnya, seperti karbohidrat, lemak, fosfor, vitamin B12, serat, dan kalsium.
Banyaknya pilihan sumber protein nabati bagi anak akan sangat memudahkan Ibu dalam mencukupi kebutuhan asupan protein harian buah hati. Namun, si Kecil juga perlu memenuhi asupan protein hewani karena mengandung 9 Asam Amino Esensial (9AAE) yang lengkap. Lalu, seberapa penting protein hewani dibandingkan sumber protein nabati di atas? Yuk, cari tahu jawabannya di bawah ini.
Pentingnya Sumber Protein Hewani untuk Tumbuh Kembang Anak
Sumber protein nabati memang baik untuk kesehatan. Namun bagi anak usia 1-3 tahun yang sedang dalam masa tumbuh kembang, mereka butuh asupan protein hewani lebih banyak dan besar karena mengandung 9 AAE (9 Asam Amino Esensial) yang lengkap, sedangkan sumber protein nabati hanya mengandung 6 AAE saja. Asam amino esensial ini merupakan protein luar biasa yang mudah diserap oleh tubuh si Kecil guna mendukung tumbuh kembangnya.
9 AAE harus dikonsumsi secara rutin setiap hari karena tubuh si Kecil tidak bisa memproduksinya sendiri ya, Bu. Menurut penelitian dari J.Nutr, kekurangan 1 jenis 9 AAE akan menghambat potensi tinggi badan dan kecerdasan anak sebanyak -34%. Bahkan, kekurangan semua jenis 9 AAE bisa menghambat potensi tinggi badan dan kecerdasan anak sebanyak -50%. Ibu pasti tidak ingin si Kecil mengalami kondisi tersebut,kan?
Tapi Ibu tidak perlu khawatir ya, karena 9 AAE yang lengkap bisa didapatkan dari sumber protein hewani, seperti telur, ikan, daging merah, dan daging putih. Nah, selain dari real food tersebut, Ibu juga bisa memberi si Kecil nutrisi serupa dengan rutin mengonsumsi susu bubuk pertumbuhan Frisian Flag PRIMAGRO 1+.
Frisian Flag PRIMAGRO 1+ merupakan susu bubuk pertumbuhan yang diformulasi khusus anak 1-3 tahun dengan berbagai kandungan nutrisi prima. Selain 9 AAE, Frisian Flag PRIMAGRO 1+ juga mengandung nutrisi untuk meningkatkan akal kreatif, seperti 4x DHA lebih tinggi, omega 3 (ALA), omega 6 (LA), minyak ikan, kolin, sphingomyelin, asam sialat, dan tirosin tertinggi.
Selain itu, susu Frisian Flag PRIMAGRO 1+ juga diperkaya dengan 5 nutrisi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, seperti zat besi, vitamin D3, zinc, magnesium, dan vitamin C tertinggi, serta mengandung serat pangan inulin yang dapat mendukung kesehatan saluran pencernaan si Kecil.
Untuk memudahkan Ibu untuk memantau tumbuh kembang si Kecil, fitur
Rapor Tumbuh Kembang Prima
yang terdapat dalam Akademi Keluarga Prima bisa jadi solusi yang tepat. Sebab, fitur
Rapor Tumbuh Kembang Prima
memudahkan Ibu untuk mengetahui berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar perut, dan hal-hal penting lainnya yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Melalui fitur ini, Ibu bisa tahu juga grafik pertumbuhan anak yang ideal dari WHO dan CDC. Yuk, langsung manfaatnya fiturnya
di sini
.
Protein nabati tertinggi apa?
Sumber
protein nabati
pertama yang mudah diperoleh dan kandungan proteinnya cukup tinggi adalah kacang-kacangan. Beberapa jenis kacang yang dapat Anda konsumsi adalah kacang kedelai, kacang merah, kacang almond, atau kacang hijau.
10 Apa perbedaan protein hewani dan nabati?
Berbagai perbedaan protein hewani dengan protein nabati.
Punya kandungan asam amino yang berbeda. … .
2. Sumber protein hewani punya lebih banyak vitamin dan mineral. … .
3. Protein nabati tidak mengandung kolesterol dan asam lemak jenuh. … .
Protein nabati bantu menurunkan berat badan..
Apa yang dimaksud dengan protein nabati serta tuliskan 5 contohnya?
Protein nabati
adalah
protein
yang berasal dari tumbuhan, banyak terdapat di kacang kacangan. Cthnya : Tahu, Tempe, susu kedelai, kacang merah dsb.
Makanan apa saja yang mengandung protein tinggi?
10 Makanan yang Tinggi Kandungan Protein.
Telur. Contoh makanan yang mengandung protein tinggi yang pertama adalah telur. … .
Daging ayam bagian dada. … .
Daging sapi bebas lemak. … .
Ikan salmon. … .
Udang. … .
Tuna. … .
Susu dan produk olahannya. … .
Kacang kedelai..
Anyone who says that you’re not going to use the math and science you learn in high school in real life obviously hasn’t tried to decipher nutrition studies, and for vegetarians, this can be an important skill. Because USDA guidelines tend to equate protein with meat, protein is a notorious health concern for loved ones of vegetarians. Thankfully, nutritionists have made information about their field accessible to laypeople who barely understood their high school science classes. Break out your biology and chemistry hats, it’s time to climb into Ms. Frizzle’s school bus and learn a little bit about what protein is, how it works, and how vegetarian diets can provide enough of it for our bodies.
What Is Protein?
Proteins can be found in many different parts of our bodies. Many of our body parts are made of protein: bones, organs, tendons, ligaments, muscles, hair, nails, teeth, skin. There are also many different types of “working proteins” that do specific tasks: they accelerate chemical reactions (enzymes), fight illness and disease (antibodies), transport oxygen (hemoglobin), regulate body functions like sugar levels and growth (hormones), and help build body tissues (growth and maintenance proteins).
The proteins are themselves made up of amino acids. In her “Complete Idiot’s Guide to Total Nutrition,”Joy Bauer compares amino acids to the alphabet. There are 20 different amino acids, and like the 26 letters that can be arranged to create words and even different languages, amino acids can also be arranged in many ways to create proteins that serve specific functions. Another analogy Bauer offers to explain the relationship between amino acids and proteins is comparing them to simple sugars, “which link together to form a complex carbohydrate.” Amino acids are the building blocks of proteins.
When you eat a food that has protein in it, your body breaks it down into amino acids. Then, your body rebuilds these amino acids into the protein sequences that it needs for specific purposes. Your body is doing this in its cells even as you read this article. Not all foods break down into the same amino acids. And, of the 20 amino acids, your body cannot make 9, and therefore it’s “essential” for you to eat foods that will yield these “essential amino acids.”The other 11 amino acids are also necessary for your body to function, but your body can make them without a particular external source of food.
Foods that are sources of complete proteins contain all the essential amino acids. You can easily make complete proteins by combining any two grains, legumes, and nuts/seeds.You can eat these complete proteins, or “complementary proteins,”in the same meal, or separately on the same day. You can also get complete proteins from animal proteins like fish, milk, cheese, and eggs.
How Much Protein Do You Need?
In the United States, the Institute of Medicine’s Food and Nutrition Board set up “standards of nutrient intake for populations” from the 1940s to the 1990s. These standards were called the Recommended Dietary Allowances (RDAs), and are described in Marion Nestle’s book “Food Politics.” In 1997, the RDAs were incorporated into a complicated system called the Dietary Reference Intakes, but the definition of RDAs remained the same: “the dietary intake level of specific nutrients that meets the requirements of most—about 97%—of the individuals in a population,” writes Nestle. RDAs are used for both public and individual health recommendations, and they are the basis for the package labels that contain information about the nutrients in the food you buy. Nestle writes that there are limits to relying on RDAs for any one individual’s health needs: for most people, the RDA standard intake levels are more than enough—“sometimes significantly higher” than what is needed. For a small minority of people, “the RDAs may be too low.”
This chart represents the RDAs for protein for a variety of age groups. For infants under six months old, an RDA is not provided, and instead, a mean intake for healthy breastfed infants is listed.
Infants | Up to 6 months | 9.1 grams per day (Adequate Daily Intake, not an RDA) |
7 months–1 year | 11 grams per day | |
Children | 1–3 years | 13 grams per day |
4–8 years | 19 grams per day | |
Males | 9–13 years | 34 grams per day |
14–19 years | 52 grams per day | |
19+ years | 56 grams per day | |
Females | 9–13 years | 34 grams per day |
14+ years | 46 grams per day | |
Pregnant or Lactating | All ages | 71 grams per day |
The source of the information in the above chart is the Food and Nutrition Board, Institute of Medicine’s 2005 “Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids.” In their book “Whole,” T. Colin Campbell and Howard Jacobson reveal that in 2002 the Food and Nutrition Board reported that it was safe for protein to comprise up to 35 percent of an individual’s daily calories, though for decades that figure had been 10 to 11 percent of calories. They write that the 2002 report seems to have aligned with the dual interests of the director of the Board at the time and “the majority (six out of the eleven) of the members of a companion policy committee (The USDA ‘Food Pyramid’ Committee),” all of whom had ties to the dairy industry.
Cara lain untuk mencari tahu berapa banyak protein yang Anda butuhkan adalah mendasarkan jumlah pada berapa berat Anda atau faktor pribadi lainnya. Situs web Grup Sumber Daya Vegetarian melaporkan bahwa RDA “merekomendasikan agar kami menggunakan 0,8 gram protein untuk setiap kilogram yang kami beratinya (atau sekitar 0,36 gram protein per pon yang kami timbang).” Nestle menyederhanakan persamaan ini dalam bukunya “What To Eat” menjadi tentang “setengah gram protein untuk setiap pon yang berat Anda.”
Dalam buku mereka “Eat Like the Animals,” David Raubenheimer dan Stephen Simpson menyajikan proses tiga langkah untuk menemukan asupan protein ideal Anda yang faktor-faktor dalam “usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas Anda. Kalkulator untuk memperkirakan persyaratan “energi harian (kalori) Anda. Setelah mengalikan jumlah itu antara 0,15 dan 0,20, untuk diet protein 15 hingga 20 persen tergantung pada usia seseorang atau status reproduksi, Anda akan membagi jumlah itu dengan 4 “untuk mendapatkan jumlah gram protein per hari yang harus Anda makan.”
Bagaimana mendapatkan cukup protein sebagai vegetarian
Makan diet yang bervariasi adalah cara yang baik untuk mendapatkan cukup protein sebagai vegetarian. Dewan Makanan dan Nutrisi dari Institute of Medicine telah menyimpulkan bahwa tidak apa -apa bagi vegetarian untuk “mengonsumsi campuran protein nabati yang saling melengkapi” untuk mendapatkan jumlah protein yang direkomendasikan. Dalam “What to Eat,” Nestle menulis, “Bahkan jika Anda seorang vegan dan tidak makan produk hewani sama sekali, Anda hampir pasti mendapatkan lebih dari cukup protein dari biji -bijian, kacang -kacangan, dan sayuran yang Anda makan.”
Sumber protein terbaik untuk setiap individu tidak hanya akan menjadi sejumlah kecil makanan spesifik, protein tinggi, tetapi akan membentuk pola makan berbagai makanan yang diproses minimal. Ini akan termasuk buah -buahan, sayuran, biji -bijian, kacang -kacangan, dan kacang -kacangan, tanpa banyak garam dan gula tambahan. Menentukan cara terbaik untuk mendapatkan protein ini adalah proyek pribadi atau komunitas yang kemungkinan akan mengambil beberapa percobaan dan kesalahan, dan mungkin melibatkan membaca atau bahkan berkonsultasi dengan profesional nutrisi dan kesehatan. & NBSP;
Vegetarian termasuk vegan (tidak ada daging, telur, susu, atau produk hewani), lakto-vegetarian (tidak ada daging dan telur, tetapi ya untuk susu), ovo-lakto-vegetarian (tidak ada daging, tetapi ya untuk susu dan telur), dan semi -Vegetarian (tidak ada daging merah, tapi ya untuk unggas, ikan, susu, dan telur). Anda bahkan bisa memasukkan Flexitarian di sini, karena mereka makan berbagai tingkat daging tetapi pada tingkat yang lebih rendah dari norma. Daftar makanan berikut dari buku Bauer menawarkan 10 vegan (atau vegetarian yang paling ketat), sumber protein lengkap yang dapat Anda coba buat di rumah.
Protein lengkap yang terbuat dari biji -bijian dan kacang -kacangan
- Selai kacang pada roti gandum utuh
- Nasi dan kacang
- Sup kacang dan gulungan
- Salad dengan buncis dan roti jagung
- Tofu sayuran tumis dengan nasi atau pasta
- Cabai vegetarian dengan roti
Protein lengkap yang terbuat dari kacang -kacangan dan kacang -kacangan/biji
- Hummus (buncis dan pasta wijen)
- Campuran jejak (kacang dan biji bunga matahari)
Protein lengkap yang terbuat dari kacang -kacangan dan kacang -kacangan/biji
- Hummus (buncis dan pasta wijen)
- Campuran jejak (kacang dan biji bunga matahari)
Breadsticks digulung dengan biji wijen
Kue beras dengan selai kacang
Daftar di atas mewakili pengambilan sampel jenis protein lengkap yang dapat dibuat oleh vegetarian dengan menggabungkan dua biji -bijian, kacang -kacangan, dan kacang -kacangan/biji. Biji -bijian termasuk nasi, gandum, pasta, gandum, gandum, dan tepung jagung. Legum termasuk kacang, lentil, kacang polong, kacang, buncis, dan produk kedelai. Kacang dan biji termasuk biji wijen, biji bunga matahari, kenari, kacang mete, dan biji labu.
Makanan vegetarian berprotein tinggi
Manfaat makan protein khusus vegetarian
Vegetarian di Amerika Serikat cenderung lebih sehat daripada pemakan daging, dengan risiko lebih rendah penyakit jantung dan kanker daripada orang yang makan daging sapi, babi, domba, dan ayam. Secara khusus, makan daging merah tampaknya meningkatkan risiko menderita diabetes tipe 2, dan kanker pankreas, payudara, prostat, dan ginjal. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang politik mengapa pemerintah A.S.
Diet orang -orang di negara -negara industri cenderung melebihi tunjangan harian yang direkomendasikan untuk protein karena sebagian besar makanan mengandung protein hewani seperti daging dan susu. Jenis asupan protein tinggi ini dikaitkan dengan penyakit kronis seperti kanker, osteoporosis, batu ginjal, fungsi ginjal yang buruk, penyakit jantung koroner, dan obesitas. Faktanya, makan terlalu banyak protein, dan tidak cukup karbohidrat dan lemak, dapat mengakibatkan keracunan protein, “bentuk malnutrisi yang jarang terjadi” yang terjadi ketika 40 hingga 50 persen kalori harian seseorang berasal dari protein, daripada 15 persen yang direkomendasikan, Tulis Raubenheimer dan Simpson. & Nbsp;
Aspek lain dari protein vegetarian adalah bahwa memakannya alih -alih protein hewani membantu mengurangi permintaan pertanian hewan (termasuk akuakultur). Industri pertanian hewan mengambil keuntungan dari pekerja berupah rendah dan menempatkan mereka di posisi yang kotor, berbahaya, dan menuntut sambil memelihara hewan ternak di ruang yang sempit dan tidak sehat. Pertanian hewan juga merupakan kontributor utama perubahan iklim dan bahaya lingkungan lainnya.
Essentials
Seperti yang dikatakan Amuba Sisters, “Protein adalah masalah besar” – mereka sangat penting bagi kita untuk hidup. Makan berbagai makanan nabati yang diproses secara minimal, seperti yang bisa dilakukan vegetarian, baik untuk kesehatan Anda dan merupakan cara yang aman untuk memastikan bahwa tubuh Anda memiliki semua nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi. Menghindari daging dan produk berbasis hewan juga dapat membantu Anda membangun dunia yang lebih baik dengan setiap makanan yang Anda makan, masak, atau bagikan dengan orang lain.